oleh DetikJabar | Indramayu – Kamis, 26 Januari 2023
Nyanyian puisi tradisional di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat kian jarang terdengar. Suara melengking dengan liukan melodi dan loncatan nada menjadi satu ciri khas dalam seni bujanggaan Dermayu.
Bujanggaan merupakan satu genre nyanyian yang terdapat dalam beberapa kebudayaan di Indramayu. Banyak yang menyebut bahwa seni bujanggaan serupa dengan istilah macapatan atau kidungan.
Seni bujanggaan dilakukan oleh laki-laki. Setiap baris naskah berisi cerita yang dibaca dari buku tertentu yang disebut wawacan. Tulisannya berbentuk puisi atau pupuh dengan huruf carakan (Jawa) dan pegon (Arab gundul Jawa). Sehingga tak heran, seni bujanggaan ini sulit dipelajari oleh khalayak umum.
“Kalau di Indramayu yang masih eksis bujanggaan yang sepuh itu Ki Warki. Ada juga yang bisa tapi pakai huruf latin dan masih banyak. Kalau namanya bujanggaan asli kan patokan naskah nya tulisan carakan dan pegon,” kata Ketua Sanggar Surya Pringga Dermayu, Sri Tanjung Sugiarti Tarka, Kamis (26/1/2023).
Menurut Anjung, orang yang mahir melantunkan banyak pupuh dari tulisan carakan atau pegon itu bisa dihitung jari. Mereka umumnya sudah sepuh yang butuh adanya regenerasi.
“Kalau dihitung ada sekitar lima orang lah sesepuh yang bisa bujanggaan, itu pun belum semua memahami penuh,” jelas Anjung.
Bujanggaan yang dulu tersohor itu kian jarang terdengar. Di masa kerajaan dan penyebaran Islam ketika itu, bujanggaan sudah tenar karena isinya yang beragam seperti wejangan, nasihat-nasihat, sosial dan cerita aktivitas masyarakat umum.
“Kalau bujanggaan tenar sudah lumayan lama dari masa Kerajaan dan penyebaran Islam, sekarang mulai agak punah dan tidak diperhatikan,” kata Anjung kepada detikJabar usai kegiatan FGD Manuskrip dan Bujanggaan.
Perkembangan zaman saat ini, jadi tantangan pelestarian seni bujanggaan. Selain terdengar tabu di kalangan muda, seni bujanggaan pun dianggap menyimpang oleh beberapa kalangan tertentu.
Namun, kondisi itu tidak menyurutkan bagi Anjung dan rekannya seperti Ki Lebe Warki, Kang Jayol dan lainnya untuk kembali menggemakan bujanggaan. Mereka memulai dengan mengisi seni bujanggaan di beberapa acara adat.
“Bujanggaan dilakukan untuk memulai kegiatan apapun sebelum adat misal puputan, sedekah bumi, ngarotan, untuk lek-lekan dan lainnya,” jelas Anjung.
(yum/yum)
Baca artikel detikjabar, “Senjakala Seni Bujanggaan di Indramayu” selengkapnya https://www.detik.com/jabar/budaya/d-6535008/senjakala-seni-bujanggaan-di-indramayu.